Senin, 30 April 2012

Pesan dari matahari

Bulan,

Cahaya terang di malam gelap..

Katanya kau simbol keindahan malam..

Katanya gelap dan pekatnya malam itu kau yang mengindahkan

Katanya lagi,
Pasanganmu adalah bintang
Yang berkelap-kelip

Berkilauan!!

Lengkaplah malam ketika bulan dan bintang bergandengan menghiasi langit

Ribuan mata menikmati,
Setiap orang berdecak kagum

Tapi bulan, sayang sekali aku bukan bintang dan aku tak pernah menjadi bintang.

Aku tidak berkelap-kelip menemanimu di malam yang gelap.

Tapi kupastikan kau akan selalu terang,
karena aku lebih suka berada dibalikmu,
memastikanmu bersinar.

Seandainya aku berkilauan layaknya bintang dimalam hari,
Apakah kau akan tetap bersinar tanpa cahayaku?

Seperti itulah cintaku bulan, sehangat dan seterang cahayaku.

Kisah Si Kucing


Kucing-kucing berteriak, mengeong-ngeong yang keras!              

Jangan bayangkan mereka kucing manis yang berbulu lebat , jangan bayangkan bahwa mereka kucing pesek yang berbadan gendut, mereka hanya segerombol kucing kampung yang kumuh yang mencari makan dari sisa-sisa sampah atau bila terdesak mereka mencuri ikan di meja makan.


Kucing-kucing itu marah melihat temannya berdarah-darah, katanya itu akibat dari mencuri sebuah ikan asin. Ikan asin yang belum sempat mengisi perutnya sang kucing nakal, ikan asin yang menghancurkan tubuhnya!

Sambil terengah-engah si kucing yang terluka itu menghampiri temannya bercerita tentang nasibnya yang malang, dipanggilah semua kucing kampung lalu mereka berkumpul dan mereka memperbincangkan temannya yang terluka parah.


Akhirnya para kucing kampung berkumpul, mereka marah dan bertekad melawan manusia yang melukai temannya. Dengan penuh kesombongan diangkat olehnya dada terbusung sambil matanya yang hijau menatap bumi. Kucing-kucing yang aneh, merasa kuat dan hebat, padahal mereka cuma segerombol kucing kampung yang dihiasi koreng disekujur tubuhnya, dilihatnya saja sudah menjijikan.


Para kucing sombong itu berjalan bergerombol, mengeong-ngeong sekerasnya! Seolah tak takut melawan badai.

Diperjalanan mereka bertemu dengan segerombol lebah yang menangis kehilangan sarangnya, lantas bertanyalah lebah itu pada para kucing tentang apa yang membuat kucing yang biasanya berjalan sendirian, bergerombol bersamaan menelusuri jalan.

Kucing pun menceritakan kisah temannya tentang sebuah ikan asin yang dibayar oleh darah!

Tak lama kemudian lebah pun ikut marah, sambil menceritakan kebenciannya pada manusia, para lebah bercerita tentang sarang yang mereka bangun,  tentang madu yang mereka kumpulkan dengan susah payah, yang pada akhirnya direbut oleh manusia tanpa sedikitpun rasa belas kasihan. Para lebah yang marah itupun ingin ikut karena lebah-lebah itupun merasakan kebencian pada para manusia yang serakah! Manusia yang marah ketika ikan asinnya dicuri, tapi tanpa rasa bersalah merampas sarang yang susah payah mereka bangun.


Akhirnya lebah dan kucing berjalan beriringan bertemulah mereka dengan seekor burung kecil yang menangis karena sedih kehilangan induknya, berceritalah sang burung tentang tempatnya tinggal disebuah sarang dipohon yang rindang. Entah dimana sekarang sarang itu, pohonnya tumbang dirusak manusia.

Lalu dia dan induknya pun terbang tanpa tujuan yang pasti, untuk mencari pohon yang rindang yang dapat dijadikan tempat tinggal. Tapi karena sulit  menemukannya, ia dan induknya terpaksa terbang jauh agar menemukan tempat untuk berteduh tapi diperjalanan ditembaklah ibunya oleh manusia ditangkap dan dikurung entah bagaimana nasib ibunya sekarang dan burung kecil itupun terbang kesana kemari ketakutan sendiri.

Kasihan anak itu ujar kucing, para lebah pun menangis mengajak sang burung terbang bersama bertambahlah dendam mereka pada manusia, semakin bulatlah tekad kucing dan lebah untuk menuntut balas mereka pun menulusuri jalan sambil berteriak mencari para manusia biadap! Entah sampai mana, entah sampai kapan tapi kelak mereka pasti menemukan tempat yang dituju, keadilan yang mereka cari!